Udhiyah Bukan Sekedar Pesta Daging
Udhiyah merupakan salah satu ibadah yang agung dan syi’ar Islam yang mulia.
Disyari’atkan melalui firman Allah, sunnah Rasulullah, dan Ijma’ para ulama.
Bukan hanya sekedar pesta daging saja.
Tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Rabb semesta alam atas nikmat yang diberikan kepada para hamba-Nya dan mengikuti sunnah Khalilullah Ibrahim ‘alaihis sallam.
Ibadah kurban disyari’atkan untuk menggapai hikmah yang luhur dan tujuan-tujuan yang mulia.
Bukan semata pada nilai penyembelihan saja.
Para ulama menjelaskan bahwa setidaknya ibadah ini memiliki empat tujuan syar’i, dan bahkan lebih dari itu.
Empat tujuan itu adalah, untuk mentauhidkan Allah, mensyukuri nikmat Allah, melapangkan kaum muslimin khususnya kaum fakir dan miskin, serta meneladani Khalilullah Ibrahim.
Pertama, mentauhidkan Allah dengan bertakbir ketika menyembelih binatang kurban yang didasari dengan keimanan, ketakwaan, dan keikhlasan kepada Allah.
Hanya dengan daging dan darah saja tidak menjamin ibadah kurban diterima.
Namun, harus hadir di dalamnya keikhlasan kepada Allah dan dilakukan dengan cara benar sesuai yang diajarkan syari’at.
Hal itu karena penyembelihan adalah salah satu ibadah mulia yang Allah memerintahkan hamba-Nya untuk ikhlas dan menyebut naman-Nya.
Allah berfirman, “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS. Al-Hajj: 37)
Sampai-sampai barang siapa yang menyembelih untuk selain Allah bisa mengeluarkan dirinya dari Islam.
Sebab, penyembelihan adalah ibadah yang dipersembahkan hanya untuk Allah saja.
Tidak ada sekutu bagi-Nya.
Siapa di antara hamba-hamba-Nya yang mempersembahkan sesembelihan kepada selain Allah maka dia telah mensyirikkan Allah.
Maka dari itu ibadah kurban adalah salah satu bukti lurus dan tidaknya tauhid seorang hamba.
Kedua, sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya.
Sebagaimana Allah berfirman, “Demikianlah Kami tundukkan (unta-unta itu) untukmu agar kamu bersyukur.” (QS. Al-Hajj: 36).
Dalam bulan Dzulhijjah, Allah memberi kesempatan bagi para hamba-Nya untuk menyembelih binatang kurban sebagai bentuk rasa syukur atas limpahan nikmat yang ia rasakan.
Itulah kenapa ibadah kurban justru bukan ibadah yang diwajibkan bagi kaum yang mampu, hukumnya adalah sunnah mu’akkadah.
Sehingga orang yang mampu boleh untuk tidak menyembelih hewan udhiyah pada bulan tersebut.
Di sanalah Allah melihat hamba-Nya yang pandai bersyukur.
Karena apabila di kesempatan tersebut saja seseorang tidak pandai bersyukur, lantas bagaimana pada kesempatan lain?
Bukankah pahalanya berlipat-lipat?
Sebanyak jumlah bulu binatang yang dikurbankan?
Namun demikian, tetap hanya Allah saja Yang Mahatahu siapa hamba-Nya yang pandai bersyukur.
Ketiga, tujuan ibadah kurban adalah melapangkan kaum muslimin khususnya kaum fakir dan miskin. Melapangkan dalam arti kaum muslimin dapat menikmati hasil kurban berupa daging.
Sebab, tidak semua kaum muslimin bisa menikmati daging setiap hari.
Bahkan, ada yang hanya bisa menyantap daging pada kesempatan Idul Adha saja.
Rasulullah shallallahu ‘alahahi wa salam mengajari umatnya bahwa sepertiga pertama dari daging kurban diambil oleh orang yang berkurban.
Sepertiga kedua adalah untuk kerabat dekat.
Sedangkan sepertiga ketiga adalah untuk kaum muslimin lainnya.
Maka dari itu, binatang yang dikurbankan tidak boleh asal-asalan.
Yaitu binatang pilihan sesuai dengan kriteria syar’i.
Di samping agar nilai ibadah yang dipersembahkan kepada Allah adalah dari binatang yang terbaik, juga agar apa yang diberikan kepada kaum muslimin adalah pemberian yang terbaik pula. (Abdullah bin Bazz, Majmu’ Fatawa, 18-38)
Baca: Syarat Sah Udhiyah
Semua orang tahu, bahwa daging adalah makanan yang akan selalu istimewa sampai kapan pun, seperti halnya susu.
Hal itu karena daging bisa dianggap halal setelah adanya darah yang ditumpahkan karena Allah.
Inilah salah satu sebab kenapa daging menjadi makanan yang istimewa.
Karenanya juga Allah berikan kenikmatan kepada kaum muslimin berupa daging yang melimpah ruah pada hari kurban, yaitu sebuah makanan yang istimewa.
Keempat, di antara tujuan agung ibadah kurban adalah mengingat kembali kisah Nabi Ibrahim menyembelih putranya, Nabi Isma’il ‘alaihimas sallam.
Nabi Ibrahim mampu melalui perintah yang berat ini karena beliau selau berbaik sangka kepada Allah dan beliau adalah sosok yang menepati janji.
Beliau ‘alaihissalam pernah berjanji akan memberikan apapun jika diberikan seorang putra oleh Allah.
Begitu agungnya kisah tersebut, sehingga Allah syari’atkan ibadah kurban satu tahun sekali.
Sebab, kaum muslimin sangat membutuhkan motifasi untuk memperbarui semangatnya dan istiqamah dalam ketaatan kepada Allah.
Demikianlah, meskipun hari kurban adalah hari makan-makan tetapi bukan berarti untuk berpesta daging saja, banyak nilai syar’i yang harus diraih, dari keihklasan, ketakwaan, rasa syukur, kedermawaan, dan lain sebagainya.
Wallahu a’lam.