Tips Sederhana Penumbuh Cinta
Bagi sebagian pasangan, mungkin dalam hatinya pernah terdetik pertanyaan bahwa seolah-olah hidup berkeluarga yang ia jalani serasa hampa tanpa cinta, bahkan banyak masalah yang menghampirinya.
Hingga pada titik tertentu, ia mempertanyakan status pasangannya; adakah yang salah dengan pilihannya?
Mengapa kehidupan dalam rumah tangganya tak seindah impiannya?
Mengapa selalu terjadi cekcok di antara mereka berdua?
Mengapa rasa cinta di dalam hatinya tidak pernah ada? Bahkan sejak hari pernikahannya.
Demikianlah, pertanyaan-pertanyaan tersebut terkadang menjadi hantu yang meneror sepasang suami istri yang seharusnya memadu kasih dan merayakan cinta seusai mereka menikah.
Namun, yang didapat bukan kebahagiaan, tetapi kegelisahan karena ketidakcocokan.
Sekalipun sejatinya, ketidakcocokan ini merupakan suatu kewajaran.
Hal ini semata dikarenakan perbedaan keluarga, lingkungan, pendidikan, bahkan pengalaman hidup.
Perbedaan ini meniscayakan adanya perselisihan.
Baca: Larangan merayakan Valentine, salahkah?
Lantas, apa solusinya?
Masing-masing orang berbeda dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Namun ada sedikit tips sederhana yang perlu dicoba bersama, yaitu mengingat kembali awal mula Anda menikahi pasangan Anda.
Kriteria apa saja yang dulu Anda dambakan dari pasangan Anda sehingga rela menempuh seluruh tahapannya agar dapat bersanding bersamanya dalam pelaminan?
Manakah yang lebih dominan antara kriteria yang Anda harapkan ada pada pasangan Anda dan kriteria yang tidak dimilikinya?
Ya, sesederhana itu.
Kemudian setelah itu, pergunakan waktu Anda untuk menjadikan hari-harinya semakin berwarna.
Isi hari-harinya dengan sepenuh cinta.
Penuhi hari-harinya dengan segenap romansa. Percayalah, hal ini sungguh sangat bermanfaat.
Penemuan Berharga
Salah seorang teman dari Syaikh Karim Asy-Syadzili pernah bercerita, “Sesungguhnya ceritaku tidak jauh berbeda dengan kisah-kisah percintaan yang lain, tetapi cintaku memiliki rasa yang berbeda.
Aku menikah dengan cara tradisional, ibuku memilihkan jodoh untukku dan aku melihatnya sesuai aturan syariat.
Kemudian aku shalat Istikharah.
Saat itu, aku merasa tenang dan tenteram, kemudian aku lanjutkan ke proses pernikahan.
Beberapa minggu kemudian, kami sudah bersatu dalam satu rumah, saat itulah problem mulai muncul.”
“Aku akui,” katanya lagi, “Bahwa awalnya aku tidak menyimpan perasaan cinta kepada istriku seperti cinta yang pernah aku dengar dan aku harapkan.
Aku tidak merasakan romantisme seperti yang aku cita-citakan.
Aku tidak merasakan gemetar dan gugup dalam berbicara, atau wajah yang berubah merah.
Aku berbicara pada diriku sendiri, mungkin aku terlalu tergesa-gesa dalam pernikahanku, atau mungkin aku telah salah memilih.
Tetapi hati kecilku membisikkan agar aku meneruskan pernikahan ini.
Mungkin itu panggilan nurani yang meyakinkanku bahwa tidak akan menyesal orang yang istikharah dan tidak akan sia-sia orang yang meminta nasehat.
Hati kecilku mengatakan bahwa selama aku menjaga sebab-sebab pernikahan ini, maka atas pertolongan Allah, aku harus menyempurnakan apa yang telah aku mulai.”
Baca: Boleh Berjabat Tangan Dengan Lawan Jenis?
“Di tengah-tengah kebingungan dan kebimbanganku, aku mengambil air wudhu kemudian shalat dua rekaat memohon kepada Allah agar dibukakan jalan keluar dari kebingunganku ini.
Aku memohon supaya Dia mengasihi aku dalam masalah ini.
Kemudian aku mencari suatu tempat yang tenang di mana aku tidak diganggu oleh siapapun, lalu aku mengambil secarik kertas dan alat tulis.
Aku mulai menulis beberapa pertanyaan, kemudian aku jawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan jujur.
Sebagian pertanyaan-pertanyaan itu adalah, “Apa sifat-sifat yang dulu aku cari dari pasangan hidupku? Kemudian aku tulis sepuluh sifat penting yang aku harapkan.”
Kemudian aku bertanya pada diriku sendiri dengan pertanyaan kedua, “Dari sepuluh sifat yang ada, berapakah yang dimiliki oleh istriku? Demi Allah, saudaraku, aku terkejut karena aku dapati ada delapan dari sepuluh sifat yang ada.
Mataku serasa terbuka lebar, setelah aku merasa dalam kegelapan.
Seolah-olah sifat-sifat itu menyalakan lentera di hatiku.
Aku merasakan keanehan.
Aku merasa bahagia dengan penemuan ini.
Namun aku juga merasa sangat kesal karena selama ini tidak merasakan nikmat yang diberikan Allah kepadaku.
Kemudian aku berkata kepada diriku sendiri, “Istri seperti apa lagi yang aku kehendaki? Istri dengan sifat yang sempurna?
Wanita seperti itu hanya ada di Surga, insya Allah.
Apakah aku perlu pergi hingga aku kehilangan kebahagiaanku serta menyiksa perasaan wanita yang tidak bersalah?”
Baca: Tukar Kado Gharar
Maka, sejak saat itu teman Syaikh Karim Asy-Syadzili ini menjalankan prinsip yang menurutnya menjadi dasar kebahagiaan suami istri.
Lihatlah!
Betapa sederhananya solusi dari masalah yang selama ini menghantui.
Sekarang, cobalah mencatat kriteria-kriteria dari pasangan yang dulu kamu harapkan ketika kamu hendak menikahinya, lalu bandingkanlah. Setelah itu, syukurilah pasanganmu, dan cintailah ia sepenuh hati.
Wallahul muwaffiq.