اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًامَّا
فَيَا أيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْــمُتَّقُوْنَ. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala di manapun kita berada. Baik ketika kita sedang bersama orang banyak, maupun ketika sendirian. Karena, kewajiban menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya bukan hanya pada waktu dan saat-saat tertentu saja. Karena beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala adalah kewajiban yang harus dilakukan hingga akhir hayat.
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan beribadahlah kepada Rabb-mu sampai kematian mendatangimu.” (QS. Al-Hijr: 99)
Ikhwani Arsyadakumullah
Belum lama berlalu, kaum muslimin berada di bulan yang penuh barakah. Di siang harinya berpuasa dan shalat tarawih di malam harinya. Bulan di mana kaum muslimin mengisinya dengan berbagai amal shalih. Lantunan ayat suci al-Qur’an menggema di masjid-masjid dan mushala.
Kini, bulan itu telah berlalu meninggalkan kita. Dan akan menjadi saksi di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala atas segala perbuatan yang dilakukan oleh setiap orang di bulan tersebut. Baik yang berupa amalan ketaatan, maupun perbuatan maksiat. Maka, sekarang tidak ada lagi yang tersisa dari bulan tersebut, kecuali apa yang telah disimpan pada catatan amalan yang akan diperlihatkan pada hari akhir nanti. Allah Subhanahu Wata’ala,
يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُّحْضَرًا وَمَاعَمِلَتْ مِن سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا وَيُحَذِّرُكُمُ اللهُ نَفْسَهُ وَاللهُ رَءُوفُُ بِالْعِبَادِ
“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati (pada catatan amalan) segala kebajikan dihadapkan (di mukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.” (QS. Ali ‘Imran: 30)
BERMUHASABAH DIRI
Ibarat seorang pedagang yang baru selesai dari perniagaannya, tentu dia akan menghitung berapa keuntungan atau kerugiannya. Begitu pula yang semestinya dilakukan oleh orang yang beriman ketika selesai mengikuti Madrasah Ramadhaniyah.
Allah Subhanahu Wata’ala telah berjanji akan mengampuni dosa-dosa yang telah lalu bagi orang yang berpuasa dan shalat tarawih karena iman dan mengharapkan balasan dari-Nya. Allah Subhanahu Wata’ala juga akan membebaskan dari siksa neraka. Yaitu bagi mereka yang memanfaatkan bulan Ramadhan untuk bertaubat kepada-Nya dan melaksanakan amal shalih.
Marilah kita evaluasi diri kita masing-masing. Apa yang telah kita lakukan selama bulan Ramadhan?
Sudahkah kita memanfaatkannya untuk bertaubat dengan sebenar-benarnya?
Ataukah kemaksiatan yang dilakukan sebelum Ramadhan masih berlanjut meskipun bertemu dengan bulan yang penuh ampunan?
Jika demikian halnya, takutlah dengan ancaman Allah Subhanahu Wata’ala melalui sabda Rasululllah n yang diriwayatkan oleh Ahmad dan At-Tirmidzi,
وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ
“Dan rugilah orang yang bertemu dengan bulan Ramadhan, namun belum mendapatkan ampunan ketika berpisahdengannya.”
Namun demikian, bukan berarti sudah tidak ada lagi kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri. Karena kesempatan bertaubat tidaklah hanya di bulan Ramadhan. Bahkan selama ajal belum sampai ke tenggorokan, kesempatan masih terbuka lebar. Meskipun, bukan berarti pula seseorang boleh menunda-nundanya. Bahkan, semestinya dia segera melakukannya. Karena, kematian bisa datang dengan tiba-tiba dalam waktu yang tidak disangka-sangka.
إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٍ فَأُوْلاَئِكَ يَتُوبُ اللهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللهُ عَلِيمًا حَكِيمًا (17) وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْئَانَ وَلاَالَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُوْلاَئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (18)
“Sesungguhnya Allah hanyalah akan menerima taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan, karena ketidakhati-hatiannya dan kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang Allah terima taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan, sehingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, ‘Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.’ Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi mereka itu telah Kami siapkan siksa yang pedih.” (QS. An-Nisa`: 17-18)
Kaum muslimin rahimakumullah
Adapun orang yang telah memanfaatkan pertemuannya dengan bulan Ramadhan untuk bertaubat dan mengisinya dengan berbagai amal shalih, maka bersyukurlah kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan memohon agar amalannya diterima serta memohon agar bisa istiqamah. Dan janganlah terlena, tertipu dengan banyaknya amal yang telah dikerjakan. Sehingga, dia menyangka bahwa dirinya termasuk orang-orang yang paling baik.
Begitulah sifat-sifat orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang sudah beramal dengan sebaik-baiknya, namun masih merasa takut kepada f akan kekurangan dirinya dalam beramal.
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآءَاتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut (tidak akan diterima). (Mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka.” (QS. Al-Mukminun: 60)
Ketahuilah, bahwa Allah Subhanahu Wata’ala yang kita ibadahi di bulan Ramadhan adalah yang kita ibadahi pula di luar bulan tersebut. Begitu pula rahmat Allah Subhanahu Wata’ala tidaklah terputus dan berhenti dengan berlalunya bulan Ramadhan. Maka, amalan yang sudah biasa kita kerjakan di bulan tersebut janganlah kemudian kita tinggalkan di bulan berikutnya. Begitu pula membaca al-Qur’an yang senantiasa kita lakukan di bulan Ramadhan, janganlah kita tinggalkan. Bahkan, ibadah puasa pun semestinya juga tetap kita lakukan meskipun Ramadhan telah berlalu. Karena, masih sangat banyak puasa-puasa sunnah yang memiliki keutamaan yang besar bagi orang-orang yang menjalankannya. Begitu pula shalat malam, adalah amalan ibadah yang semestinya tidak berhenti dengan berlalunya bulan Ramadhan, meskipun dilakukan hanya dengan beberapa rakaat saja.
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya (untuk mengerjakan shalat malam) dan mereka selalu berdoa kepada Rabb-nya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menginfakkan dari sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. As-Sajdah: 16)
TANDA ORANG YANG SUKSES DI BULAN RAMADHAN
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim menuturkan,
إِنَّ مِنْ ثَوَابِ الحَسَنَةِ الحَسَنَةَ بَعْدَهَا، وَإِنَّ مِنْ جَزَاءِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ بَعْدَهَا
“Sesungguhnya di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya. Dan di antara balasan dari amalan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.”
Di antara tanda yang menunjukkan diterimanya amal kita adalah berlanjutnya amalan pada waktu berikutnya.
Maka, marilah kita senantiasa menjaga amalan-amalan yang sudah kita lakukan pada bulan Ramadhan dan janganlah kita kembali kepada perbuatan maksiat setelah kita bertaubat kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Orang yang mengetahui betapa besarnya rahmat Allah Subhanahu Wata’ala akan terus berusaha untuk beramal shalih sampai ajal mendatanginya, sekecil apapun bentuknya. Selama dirinya mampu untuk melakukannya, maka dia tidak akan meremehkannya. Sebagaimana perbuatan maksiat, maka diapun akan meninggalkannya dan tidak menyepelekannya, sekecil apapun bentuknya.
Akhirnya, kita memohon kepada Allah Subhanahu Wata’ala agar menerima amalan-amalan kita dan memberikan kekuatan kepada kita agar senantiasa mampu istiqamah menjalankanya sampai ajal menjemput. Dan mudah-mudahan Allah Subhanahu Wata’ala mengampuni seluruh kesalahan kita.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلهِ الْوَاحِدِ الْأَحَدْ اَلْفَرْدِ الصَّمَدْ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوا أَحَدٌ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اَلَهَ إَلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ مَنْ أَرْسَلَهُ اللهُ رَحْمَةً لِجَمِيْعِ الْعِبَادِ.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Di antara amal shalih yang sangat besar keutamaannya untuk dilakukan setelah bulan Ramadhan, yaitu pada bulan Syawwal, adalah shaum sunnah selama enam hari pada bulan tersebut. Rasulullah ﷺ bersabda
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barang siapa yang telah berpuasa Ramadhan dan kemudian dia mengikutkannya dengan puasa enam hari dari bulan Syawwal, maka dia seperti orang yang berpuasa selama satu tahun.” (HR. Muslim)
Hadits ini menunjukkan betapa besarnya rahmat dan kebaikan Allah Subhanahu Wata’ala kepada hamba-hamba-Nya. Ini adalah satu keutamaan yang tidak akan dilewatkan begitu saja oleh setiap muslim. Maka, jangan sampai kita lewatkan. Semakin cepat dilakukan, tentu akan semakin baik. Walaupun bukan menjadi keharusan. Karena shaum enam hari di bulan Syawal bisa dikerjakan di awal, tengah atau akhir, bahkan tidak enam hari berturut-turut pun juga tidak mengapa.
Mudah-mudahan Allah Subhanahu Wata’ala senantiasa memberikan taufik-Nya kepada kita. Kita akhiri khutbah siang ini dengan berdoa kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ المُوَحِّدِينَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِينَ في كُلِّ مَكَانٍ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْلَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Muslih Abdurrahman
Baca juga materi khutbah lainnya:
- Carilah Pemimpin Yang Mengantarkan Pada Takwa
-
Berinfaqlah Untuk Mencari Ridho Allah Semata
-
Khawatir Soal Rezeki, Tak Khawatir Soal Akidah Buah Hati
- Jauhi Dosa Besar Dosa Kecil Terampuni
kumpulan khutbah jumat, klik disini