Tadabbur Ayat Puasa, Surat Al-Baqarah: 186
Di antara ayat yang masih berkaitan dengan puasa adalah firman Allah ta’ala dalam surat Al-Baqarah ayat 186.
Allah berfirman, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku), dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam petunjuk.” (Al-Baqarah: 186).
Ayat ini, menurut Dr. Atabik Luthfi, disebut unik secara urutan.
Karena tidak berbicara tentang puasa, tapi berada di rangkaian ayat-ayat puasa.
Ayat ini menjelaskan tentang kedekatan Allah dengan hamba-Nya, dan Allah mengabulkan permintaan mereka yang berdoa kepada-Nya.
Kedekatan Allah dengan hamba-Nya berlangsung setiap saat, dimanapun, kapanpun, dan dalam keadaan apapun.
Namun, semua itu akan semakin terasa ketika bulan Ramadhan.
Kedekatan pada waktu mulia ini melebihi pada bulan-bulan yang lain.
Sebab, itulah korelasi antara ayat tersebut dengan ayat puasa.
Kedekatan Allah dengan hamba-hamba-Nya pada bulan Ramadhan juga bisa dilihat dari dekatnya mereka dengan Allah; dengan ibadah, amal shalih, membaca Al-Qur’an dan ketaatan yang banyak.
MasyaAllah! Alangkah indahnya jika kedekatan itu dihiasi dengan banyak-banyak berdoa kepada-Nya.
Maka, ayat di atas menjelaskan bahwa ada korelasi yang kuat antara puasa dengan berdoa.
Seolah-olah ia memberi pesan bahwa bulan puasa ialah waktu untuk banyak berdoa kepada Allah.
Bahkan di dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam at-Tirmidzi dalam Sunan-nya, Nabi Muhammad saw bersabda, “Ada tiga doa yang tidak tertolak; doa orang yang berpuasa ketika berbuka, doa pemimpin yang adil, dan doa orang yang terzhalimi.” (HR. at-Tirmidzi, nomor 2526, dan dishahihkan oleh al-Albani).
Oleh karenanya, Imam Muhammad ath-Thahir bin Asyur menjelaskan bahwa firman-Nya, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku dekat.” mengisyaratkan tentang mustajabnya doa orang yang berpuasa, dan diperkenankannya doa-doa (pada saat itu).
Ayat ini juga menjadi dalil tentang masyruiyah doa di penghujung tiap hari dari bulan Ramadhan.
Pengabulan doa ini, menurut Syaikh asy-Syinqithi, ditujukan kepada orang-orang mukmin.
Asy-Syinqithi menjelaskan bahwa di dalam surat Al-Baqarah ayat 186 disebutkan bahwa Allah itu dekat, dan mengabulkan doa orang yang berdoa kepada-Nya.
Sedang pada ayat yang lain, Allah mengaitkan pengabulan doa dengan kehendak-Nya, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-An’am ayat 41, “(Tidak), tetapi hanya Dialah yang kamu seru, maka Dia menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdoa kepada-Nya, jika Dia menghendaki, dan kamu tinggalkan sembahan-sembahan yang kamu sekutukan (dengan Allah).”
Asy-Syinqithi kemudian menyebutkan pendapat sebagian ulama untuk mengkompromikan dua ayat di atas, bahwa disebutkannya kehendak Allah dalam pengabulan doa ini terkait dengan doa orang-orang kafir, sebagaimana yang ditunjukkan oleh dhahir konteks ayat.
Sedang janji yang mutlak dalam surat Al-Baqarah ayat 186 itu diperuntukkan bagi doa orang-orang mukmin.
Sehingga doa orang-orang mukmin itu tidak tertolak; bisa jadi mereka akan diberi sesuai dengan apa yang mereka minta; atau kebaikan doanya disimpan untuk mereka, atau mereka dihindarkan dari keburukan sesuai dengan kadar doa tersebut.
Maka, bulan puasa adalah bulan berdoa.
Syaikh Muhammad bin Ahmad al-Farraj memberikan komentar menarik terkait ayat 186 di atas.
Beliau berkata bahwa betapa ajaib kalimat dalam ayat doa tersebut.
Karena ayat tersebut mencerminkan betapa Allah yang cinta kepada hamba-Nya lebih bersegera memberitahu, sebelum hamba-hamba-Nya bertanya.
Ayat tersebut mengisyaratkan cinta, di mana Allah berfirman, ‘hamba-hamba-Ku, dekat, dan Aku kabulkan.’
Ayat tersebut juga memberikan penegasan bahwa Allah menjamin akan menjawab doa hamba-hamba-Nya tanpa perantara, hatta Nabi Muhammad Saw!!
Tiadanya penghalang antara mereka dengan Allah ini ditujukan agar para hamba memperbanyak dan mengulang-ulang doanya pada bulan Ramadhan.
Syaikh Muhammad bin Ahmad kemudian mengingatkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan dibukanya pintu-pintu surga, diangkatnya segala pinta, dan ditunaikannya semua hajat.
Maka hendaknya kaum muslimin menyampaikan hajat-kebutuhan mereka kepada Dzat yang memiliki perbendaharaan langit yang tidak akan habis, dan pintu-pintu-Nya tidak akan pernah ditutup.
Hendaknya mereka berdoa untuk kebaikan diri mereka sendiri dan kaum muslimin, baik yang umum maupun yang khusus.
Berdoa untuk imam, ulama, dan da’i kaum muslimin agar mereka diberi keshalihan, hidayah, dan pertolongan.
Serta berdoa atas kebinasaan para durjana dan thaghut yang dhalim.
Wallahu a’lam.
Akhukum fillah,
Ibnu Abdil Bari عفا الله عنه
Penikmat Kisah Qur’ani