• Latest
  • Trending
  • All
  • Fikih Nisa
  • Kaidah Fikih
  • Syarh Matan
Menyentuh Kemaluan Membatalkan Wudhu

Menyentuh Kemaluan Membatalkan Wudhu

Penghinaan terhadap Rasulullah (bagian 2)

Penghinaan terhadap Rasulullah (bagian 2)

Penghinaan terhadap Rasulullah (bagian 2)

Penghinaan terhadap Rasulullah (bagian 1)

Penghinaan terhadap Rasulullah (bagian 2)

Mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam

Al-Aswad Bin Yazid Perawi Hadits Ahli Ibadah-Hujjahnet

Al-Aswad Bin Yazid Perawi Hadits Ahli Ibadah

Abdullah bin Mubarak-Hujjahnet

Abdullah bin Mubarak Penghulu Para Ulama

Bazar Amal di Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah-Hujjahnet

Bazar Amal di Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah

Keistimewaan Bulan Dzullhijjah yang Perlu Diketahui-Hujjahnet

Keistimewaan Bulan Dzullhijjah yang Perlu Diketahui

Udhiyah Bukan Sekedar Pesta Daging-Hujjahnet

Udhiyah Bukan Sekedar Pesta Daging

Hal-Hal Yang Harus Diketahui Tentang Udhiyah

Hal-Hal Yang Harus Diketahui Tentang Udhiyah

Syarat Sah Hewan Udhiyah-Hujjahnet

Syarat Sah Hewan Udhiyah

Burung Hud-Hud, Hukuman, dan Ilmu-Hujjahnet

Burung Hud-Hud, Hukuman, dan Ilmu

Udhiyah dalam Syariat Islam-Hujjahnet

Udhiyah Dalam Syariat Islam

  • Tentang Hujjah
  • Kontak Kami
  • Privasi
  • Indeks
Friday, December 18, 2020
hujjah.net
Advertisement
  • Beranda
  • Khas
  • Ilmu Fikih
    • Kaidah Fikih
    • Ushul Fikih
    • Maqashid Syariah
    • Syarh Matan
    • Hikmah
    • Ulama Fikih
  • Fikih Keluarga
    • Fikih Nisa
    • Usrah
    • Muasyarah
  • Kontroversial
    • Fikih Nazilah
    • Syubhat
    • Kontroversi Fikih
    • Tarjih
  • Tanya Jawab
    • Tanya Jawab Ibadah
    • Tanya Jawab Muamalah
    • Fatwa
    • Fikih Dalil
  • Fikih Muamalah
  • Makalah
  • Resensi
  • Khutbah Jumat
  • Tadabbur
hujjah.net

Beranda » Ilmu Fikih » Syarh Matan » Menyentuh Kemaluan Membatalkan Wudhu

Menyentuh Kemaluan Membatalkan Wudhu

Reading Time: 3 min
0 0
0
Menyentuh Kemaluan Membatalkan Wudhu
0
SHARES
7
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

وَمَسُّ الْفَرْجِ بِبَطْنِ الْكَفِّ

“(Dan pembatal wudhu selanjutnya) adalah menyentuh farji (kemaluan) dengan telapak tangan.”

Terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama dalam persoalan ini. Pendapat pertama, menyentuh farji dapat membatalkan wudhu, ini adalah pendapat jumhur mazhab Maliki, Syafi’i dan Hanbali; meskipun terkait soal perinciannya mereka juga berbeda pendapat.

Mazhab Maliki telah menetapkan bahwa menyentuh kemaluan dengan telapak tangan atau telapak jari tanpa penghalang apa pun adalah membatalkan wudhu, baik disengaja atau tidak disengaja. (Ibnu Abdil Barr, alIstidzkar, 1/250)

Syaikh Taqiyuddin Al-Hushni menjelaskan dalam kitabnya, di antara amalan yang dapat membatalkan wudhu adalah menyentuh farji adami (kemaluan manusia), baik menyentuh apa yang menjadi miliknya atau milik orang lain, farji laki-laki atau perempuan, farji anak kecil atau orang dewasa, farji orang yang sudah mati maupun yang masih hidup, farji bagian depan maupun belakang – karena dua bagian itulah yang disebut dengan farji—. Berdasarkan hadits dari Basrah binti Shafwan, bahwa Rasulullah bersabda, “Barangsiapa menyentuh kemaluannya hendaklah berwudhu.” (HR. Abu Dawud). (Taqiyuddin Al-Hushni, Kifayatul Akhyar, hal 61)

BACA JUGA:  Menyentuh Wanita Membatalkan Wudhu

Menurut mazhab Hanbali, menyentuh kemaluan tanpa pembatas adalah pembatal wudhu, baik kemaluan depan maupun belakang, kemaluan laki-laki atau perempuan. Menurut mazhab ini tidak disyaratkan harus disertai dengan syahwat. (Al-Mardawi, Al-Inshaf, 1/210)

Pendapat kedua, menyentuh farji tidak membatalkan wudhu. Berdasarkan hadits Thalq bin Ali, dia bertanya kepada Rasulullah tentang orang yang menyentuh kemaluannya, “Haruskah dia berwudhu?” Rasulullah menjawab, “Tidak, itu hanyalah sepotong daging yang ada dalam dirimu.” (HR. Abu Dawud)

Pendapat ketiga, jika menyentuhnya disertai dengan syahwat maka membatalkan wudhu dan jika tidak disertai dengan syahwat maka tidak membatalkan wudhu. Pendapat ketiga ini berprinsip pada penggabungan hadits Basrah binti Shafwan dan hadits Thalq bin Ali.

Pendapat ketiga ini dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Al-‘Utsaimin, dalam Syarah Bulughul Maram beliau menjelaskan, menyentuh kemaluan dengan syahwat membatalkan wudhu, menyentuh tidak disertai dengan syahwat tidak membatalkan wudhu namun secara mutlak dianjurkan untuk berwudhu sebagai bentuk kehati-hatian. Dengan demikian, seseorang yang mandi janabah lalu menyentuh kemaluannya dengan syahwat wajib berwudhu setelah mandinya selesai, jika dia menyentuh tanpa disertai syahwat maka tidak diharuskan untuk berwudhu. (Al‘Utsaimin, Syarhu Bulughul Maram, 1/259)

MENYENTUH KEMALUAN  BINATANG

Secara umum, ada dua pendapat ulama tentang apakah menyentuh farji binatangw membatalkan wudhu. Menurut mazhab Syafi’i, Hanbali dan salah satu riwayat mazhab Maliki tidak membatalkan wudhu secara mutlak. Sebagian ulama lain, seperti Al-Laits berpendapat bahwa ini merupakan pembatal wudhu. (An-Nawawi, Al-Majmu’, 2/43. Al-Mardawi, Al-Inshaf, 1/203. AlHathab ar-Ru’aini, Mawahibu al-Jalil, 1/302)

Perbedaan pendapat ini muncul karena ada perbedaan dalam menafsirkan hadits tentang perintah untuk berwudhu setelah menyentuh farji. Kelompok yang tidak membatalkannya, menafsirkan bahwa yang dimaksud farji dalam hadits itu adalah farji adami (kemaluan manusia). Sedangkan kelompok yang membatalkan menilai kata farji dalam hadits tersebut bersifat umum, baik farji adami atau binatang. Dan pendapat pertama –yaitu menyentuh farji binatang tidak membatalkan wudhu— dinilai lebih rajih oleh para ulama. (http://www. alukah.net/sharia/0/34202/)

MENYENTUH KEMALUAN ANAK KECIL

Menurut sebagian Ulama Fikih, menyentuh kemaluan anak kecil adalah pembatal wudu, sama seperti menyentuh kemaluan orang dewasa. Tidak ada bedanya antara kemaluan yang menjadi miliknya atau milik orang lain, kemaluan anak kecil atau orang dewasa. Ini adalah pendapat mazhab Syafi’i dan Hanbali. (Al-Hushni, Kifayatul Akhyar, hal 61. Ibnu Qudamah, Al-Mughni, 1/118).

Namun, pendapat yang rajih adalah tidak membatalkan wudhu kecuali jika disertai dengan syahwat, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Karena hal ini sudah menjadi kebiasaan umum, yaitu orang tua menyentuh kemaluan anaknya untuk dibersihkan, bersamaan dengan itu tidak ada perintah dari Rasulullah kepada para sahabat dari kalangan perempuan untuk mengulangi wudhu setelah mereka menyentuh kemaluan anaknya, padahal bagi mereka hal ini sudah pasti terjadi. (https://islamqa.info/ ar/191686). Wallahu a’lam. [ ]

Tags: fikihhujjahmajalah fikihmajalah hujjahsyarah matansyarh matan
ShareTweet

Related Posts

rukun shalat
Ilmu Fikih

Niat Sebagai Rukun Pertama Shalat

90
Wajib Menghadap Kiblat Ketika Shalat-hujjah.net
Syarh Matan

Wajib Menghadap Kiblat Ketika Shalat

6
Menyucikan Najis Anjing Dan Babi
Syarh Matan

Menyucikan Najis Anjing Dan Babi

11
Bangkai yang Tidak Najis
Syarh Matan

Bangkai yang Tidak Najis

273
hujjah.net

Copyright © 2019 hujjah.net.

Navigasi

  • Tentang Hujjah
  • Kontak Kami
  • Privasi
  • Indeks

Sosial Media Kami

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Khas
  • Ilmu Fikih
    • Kaidah Fikih
    • Ushul Fikih
    • Maqashid Syariah
    • Syarh Matan
    • Hikmah
    • Ulama Fikih
  • Fikih Keluarga
    • Fikih Nisa
    • Usrah
    • Muasyarah
  • Kontroversial
    • Fikih Nazilah
    • Syubhat
    • Kontroversi Fikih
    • Tarjih
  • Tanya Jawab
    • Tanya Jawab Ibadah
    • Tanya Jawab Muamalah
    • Fatwa
    • Fikih Dalil
  • Fikih Muamalah
  • Makalah
  • Resensi
  • Khutbah Jumat
  • Tadabbur

Copyright © 2019 hujjah.net.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In