Hakekat Mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam
Mencintai dan memuliakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam adalah syarat sahnya iman. Barangsiapa dalam hatinya tidak ada rasa cinta dan penghormatan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam, niscaya dalam hatinya tiada keimanan sedikit pun.
Semakin kuat rasa cinta seorang muslim kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam, niscaya keimanannya semakin kuat pula. Adapun iman tersebut akan mencapai puncaknya ketika seorang muslim lebih mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam daripada rasa cintanya kepada ayah, ibu, anak, istri, saudara, dan manusia siapapun juga.
Hal tersebut sebagaimana ditegaskan dalam hadits-hadits shahih:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ»
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Demi Allah Yang nyawaku berada di tangan-Nya, salah seorang di antara kalian tidak beriman sehingga aku lebih ia cintai daripada bapaknya dan anaknya sendiri.” (HR. Bukhari no. 14)
عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ»
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Salah seorang di antara kalian tidak beriman sehingga aku lebih ia cintai daripada bapaknya sendiri, anaknya sendiri dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari no. 15 dan Muslim no. 44)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Tiga perkara yang barangsiapa pada dirinya terdapat ketiga perkara tersebut niscaya ia akan bisa meraih lezatnya keimanan: (1) Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari manusia siapapun juga, (2) mencintai seseorang semata-mata karena (orang tersebut taat kepada) Allah dan (3) benci kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran, sebagaimana rasa bencinya jika dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Bukhari no. 16 dan Muslim no. 43)
Seorang muslim senantiasa mencintai dan mengagungkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam. Di antara wujud mencintai dan mengagungkan beliau adalah:
- Membenarkan wahyu Al-Qur’an dan as-sunnah (hadits nabawi) yang beliau terima dari Allah Ta’ala.
- Melaksanakan perintah-perintah beliau, baik hal yang wajib maupun yang sunah.
- Menjauhi larangan-larangan beliau, baik hal yang haram maupun yang makruh.
- Mempelajari, mengajarkan, mendakwahkan dan memperjuangkan ajaran agama Islam yang beliau bawa.
- Menjadikan syariat beliau, yaitu Al-Qur’an dan as-sunnah, sebagai satu-satunya pedoman hidup dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
- Mengorbankan jiwa raga, harta, tenaga, pikiran, dan waktunya untuk memperjuangkan tegaknya syariat beliau.
- Memanjatkan shalawat kepada beliau dan memohon kepada Allah Ta’ala agar kelak di hari kiamat diperkenankan menerima syafaat beliau.
- Mempelajari sejarah hidup beliau dan mengajarkannya kepada istri, anak-anak, keluarga, dan murid-murid.
- Memusuhi dan membenci orang-orang yang membenci, memusuhi, mencaci maki dan melecehkan beliau.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam adalah pribadi agung dan manusia pilihan yang paling dicintai dan diagungkan oleh Allah Ta’ala. Oleh karenanya, mengagungkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam adalah bagian dari mengagungkan syiar-syiar agama Allah Ta’ala. Sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala,
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj [22]: 32)
Wallahu a’lam bish-shawab.