Laki-Laki Bercelak, Bagaimana Hukumnya?
Bercelak adalah salah satu kebiasaan yang dilakukan oleh kaum wanita untuk mempercantik diri. Tapi ternyata bercelak tidak hanya bermanfaat untuk mempercantik saja. Bercelak juga dapat mempertajam dan menyehatkan mata.
Menyehatkan mata, ini menjadi salah satu alasan bagi sebagian kaum laki-laki untuk bercelak.
Bolehkah hal ini dilakukan? Bagaimana penjelasan dari para ulama mengenai laki-laki yang bercelak? Kita simak penjelasan di bawah ini.
Ibnu Hajar al-Atsqalani berkata,
وَفِي هَذِهِ الْأَحَادِيث اِسْتِحْبَاب الِاكْتِحَال بِالْإِثْمِدِ وَوَقَعَ الْأَمْر بِالِاكْتِحَالِ وِتْرًا مِنْ حَدِيث أَبِي هُرَيْرَة
“Dan di dalam hadits-hadits ini (hadits-hadits tentang bercelak) menunjukkan sunnah bercelak dengan itsmid, dan dari hadits Abu Hurairah terdapat perintah untuk bercelak dengan bilangan witir.” (Ibnu Hajar al-Atsqalani, Fathul Bari, 16/223)
Baca: Apakah Kotoran di Bawah Kuku Menghalangi Keabsahan Wudhu?
Ibnu Qudamah al-Hambali berkata,
وَيَسْتَحِبُّ أَنْ يَكْتَحِلَ وِتْرًا وَيُدْهِنَ غَبًا وَيَنْظُرُ فِيْ الْمِرْآةِ وَيَتَطَيَّبُ قَالَ حَنْبَلُ رَأَيْتُ أَبَا عَبْدِ اللهِ وَكَانَتْ لَهُ صِيْنِيَّةٌ فِيْهَا مِرْآةٌ وَمِكْحَلَةٌ وَمُشْطٌ فَإِذَا فَرَغَ مِنْ حِزْبِهِ نَطَرَ فِيْ الْمِرْآةِ وَاكْتَحَلَ وَامْتَشَطَ وَقَدْ رَوَي جَابِرُ بن عَبْدِ اللهِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِالْاثْمِدِ فَإِنَّهُ يَجْلُو الْبَصَرَ وَيُنْبِتُ الشَّعْرَ
“Dan dianjurkan bercelak dengan bilangan ganjil, meminyaki rambut, bercermin di depan cermin dan menggunakan wewangian. Hambal (imam Ahmad bin Hambal) berkata, “Aku melihat Abu Abdillah memiliki nampan yang ada kacanya, ada tempat celak dan sisir. Apabila beliau selesai wiridan, beliau berkaca, memakai celak, dan bersisir. Dan sungguh Jabir bin Abdillah meriwayatkan, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Bercelaklah kalian karena dengan bercelak mencerahkan penglihatan dan menumbuhkan bulu mata’.” (Abdullah bin Ahmad bin Qudamah al-Maqdisiy, Al-Mughni, 1/106)
Baca: Jika Mengingkari Kemungkaran Menimbulkan Bahaya Lebih Besar
Abdullah bin Abdul Aziz bin Baz berkata,
لَيْسَ لِلْمُؤْمِنِ أَنْ يَتَشَبَّهَ بِالنِّسَاءِ لَا فِيْ الْحِنَاءِ وَلَا فِيْ غَيْرِهَا، وَلَوْ كَانَ عَادَةً، لَيْسَ لَهُ أَنْ يَفْعَلَ مَا يَكُوْنُ فِيْهِ مُتُشَبَّهاً بِالنِّسَاءِ؛ لِأَنَّ الرَّسُوْلُ ﷺ لَعَنَ الْمُتَشَبِّهِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ، وَلَعَنَ الْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ، أَمَّا الْكُحْلُ فَلَا بَأْسَ مَشْرُوْعٌ لِلْجَمِيْعِ لِلرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ، كَوْنُهُ يَكْحُلُ عَيْنَيْهِ لَا بَأْسَ، الْكُحْلُ طَيِّبٌ وَنَافِعٌ، وَقَدْ كَانَ النَّبِي يَكْتَحِلُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَاُم فَلَا بَأْسَ بِذَلِكَ.
“Tidak dibolehkan bagi seorang mukmin menyerupai wanita tidak dalam hal memakai henai atau yang lain, walaupun hal tersebut sebuah adat kebiasaan. Tidak boleh bagi seorang mukmin melakukan sesuatu yang menyerupai para wanita. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan melaknat kaum wanita yang menyerupai laki-laki.
Adapun bercelak, maka tidak masalah karena disyariatkan untuk semuanya baik laki-laki ataupun perempuan, dengan cara memberi celak kedua matanya.
Bercelak itu baik dan bermanfaat. Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sering bercelak, maka hal ini tidak masalah.” (Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Majmu’ Fatawa, 29/47-48)
Baca: Bolehkah Orang Tua Menggunakan Harta Anaknya?
As-Syanqitiy berkata,
الْإكْتِحَالُ بِالْإِثْمِدِ سُنَّةٌ، وَلَا حَرَجَ فِي الْإِنْسَانِ أَنْ يَكْتَحِلَ، وَلَكِنْ كَرِهَ بَعْضُ السَّلَفِ أَنْ يُصْبِحَ فِي عَيْنَيْهِ كُحْلٌ؛ لِأَنَّهُ رُبَّمَا يَكُوْنُ فِيْهِ تَشَبُّهُ بِبِعْضِ أَهْلِ الْفَسَادِ، وَلَكِنْ لَيْسَ هُنَاكَ دَلِيْلٌ يَدُلُّ عَلَى تَحْرِيْمِ ذَلِكَ، وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَصَّ عَلَى الْإِكْتِحَالِ فَقَالَ عَلَيْكُمْ بِالْإِثْمِدِ.
“Bercelak dengan menggunakan Itsmid adalah sunah. Dan seseorang tidak dilarang untuk bercelak. Akan tetapi, sebagian salaf menggap memberi celak pada kedua matanya adalah makruh. Karena hal ini menyerupai penampilan pelaku kerusakan (ahli maksiat). Akan tetapi, tidak ada dalil yang menunjukkan keharaman hal ini. dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menetapkan tentang celak, Beliau bersabda, “Hendaknya kalian bercelak dengan Istmid”. (As-Syanqitiy, Syarhu Zadil Mustaqni’, 1/138)
Al-Baghawi berkata,
وَكَانَ الْحَسَنُ وَقَتَادَةُ يَقُوْلَانِ إِذَا اكْتَحَلَتْ ثَلَاثًا فِيْ هَذِهِ، وَثَلَاثًا فِيْ هَذِهِ، فَهُوَ وِتْرٌ.
“Dan bahwasanya Al-Hasan dan Qatadah berkata, “Apabila engkau bercelak yang ini (mata sebelah kanan) sebanyak tiga kali dan yang ini (mata sebelah kiri) juga tiga kali. Maka itu adalah witir.” (Al-Hasan bin Mas’ud al-Baghowi, Syarhus Sunnah, 12/119)
Baca: Membayar Zakat Usaha Bersama
Ibnu Qoyyim al-Jauziyah t berkata,
وَفِي الْكُحْلِ حِفْظٌ لِصِحّةِ الْعَيْنِ وَتَقْوِيَةٌ لِلنّورِ الْبَاصِرِ وَجَلَاءٌ لَهَا وَتَلْطِيفٌ لِلْمَادّةِ.
“Bercelak dapat menjaga kesehatan mata, memperkuat ketajaman dan kejelasan penglihatan mata, memperhalus bagian yang kurang baik.” (Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Zadul Ma’ad fi Hadyi Khairi al-‘Ibad, 4/257) Wallau’alam. [Luthfi Fathoni/hujjah.net]